Jfyemen.com, Indonesia – Industri pembiayaan Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam memperluas akses layanan keuangan melalui penyelenggaraan Multifinance Day 2025 di Manado, Sulawesi Utara.
Acara yang diinisiasi oleh Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) ini mengusung tema “Pinjamlah Sesuai Kebutuhan, Bukan Keinginan”, sebagai bagian dari gerakan memperkuat inklusi dan literasi keuangan masyarakat di wilayah Timur Indonesia. NERAKATOTO
Wilayah Indonesia Timur memiliki potensi ekonomi besar, terutama pada sektor UMKM, pariwisata, dan perikanan. Namun, rendahnya penetrasi lembaga pembiayaan formal masih menjadi tantangan utama. Melalui Multifinance Day, diharapkan akses terhadap layanan keuangan dapat menjangkau masyarakat yang sebelumnya belum tersentuh oleh lembaga resmi.
“Multifinance Day bukan sekadar pameran pembiayaan, tetapi gerakan bersama untuk memperluas kesempatan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat,” ujar Ketua Umum APPI, Suwandi Wiratno.

Misi Besar di Balik Multifinance Day
Penyelenggaraan Multifinance Day bukan hanya sebagai promosi produk industri pembiayaan, melainkan sebagai platform inklusif yang mempertemukan pemerintah, lembaga keuangan, pelaku usaha, dan masyarakat.
Tujuan utama acara ini adalah:
- 💡 Meningkatkan literasi keuangan masyarakat di wilayah Timur.
- 🏦 Memperkenalkan produk pembiayaan yang aman dan bertanggung jawab.
- 🤝 Mendorong kerja sama antara multifinance, fintech, dan pemerintah daerah.
- 🌍 Menutup kesenjangan akses keuangan antara Indonesia bagian barat dan timur.
Dengan kata lain, Multifinance Day berperan sebagai jembatan penghubung antara kebutuhan masyarakat akan modal dengan sumber pembiayaan formal yang terpercaya.
Potret Inklusi Keuangan di Wilayah Timur
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan di Indonesia mencapai 88,97% pada 2024, namun sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatra.
Sementara di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua, angkanya masih di bawah 70%.
Keterbatasan infrastruktur keuangan, literasi rendah, serta rendahnya penetrasi digital finance membuat banyak pelaku usaha kecil bergantung pada sumber pembiayaan informal.
Inilah mengapa event seperti Multifinance Day menjadi penting — bukan sekadar simbol, tapi alat nyata untuk mempertemukan masyarakat dengan sumber pembiayaan legal dan terjangkau.
“Kami ingin masyarakat Indonesia Timur tidak hanya mengenal pinjaman online ilegal, tapi juga mengenal lembaga pembiayaan resmi yang transparan,” ujar perwakilan OJK Regional Manado.
Edukasi: Kunci dari Inklusi Keuangan
Selama tiga hari penyelenggaraan, Multifinance Day menghadirkan berbagai talkshow, seminar, dan kegiatan literasi keuangan.
Topik yang dibahas meliputi cara mengelola cicilan dengan bijak, perbedaan kredit produktif dan konsumtif, serta bahaya pinjaman ilegal.
Acara edukasi ini dikemas ringan, dengan menghadirkan narasumber dari OJK, pelaku multifinance, dan pengusaha UMKM lokal yang sukses mengakses pembiayaan.
Tujuannya sederhana:
Agar masyarakat tidak lagi takut dengan kata “kredit”, dan memahami bahwa pembiayaan bukan beban, melainkan peluang untuk tumbuh.
“Pinjaman bukan masalah kalau dipakai untuk hal produktif,” ungkap salah satu peserta talkshow, pemilik usaha hasil laut asal Bitung.
Kolaborasi Besar: APPI, OJK, dan Fintech

Multifinance Day menjadi contoh sinergi nyata antara sektor publik dan swasta.
Selain OJK dan APPI, sejumlah perusahaan pembiayaan besar seperti Akulaku Finance, BCA Finance, WOM Finance, dan Adira Finance turut berpartisipasi.
Mereka membuka booth layanan langsung agar pengunjung bisa mendaftar produk pembiayaan secara digital — mulai dari kendaraan, modal usaha, hingga pembiayaan alat pertanian.
Selain itu, beberapa platform fintech juga ikut serta memperkenalkan produk pembiayaan berbasis teknologi untuk mempermudah masyarakat yang berada jauh dari cabang bank.
“Digital finance adalah kunci mempercepat inklusi di daerah terpencil,” jelas perwakilan Akulaku Finance Indonesia.
Program “Pinjamlah Sesuai Kebutuhan”
Slogan utama Multifinance Day — “Pinjamlah Sesuai Kebutuhan, Bukan Keinginan” — bukan sekadar tagline, tapi bagian dari kampanye nasional untuk menekan angka kredit macet.
APPI dan OJK ingin membangun kesadaran finansial baru, di mana masyarakat memahami bahwa setiap pinjaman harus disertai tanggung jawab.
Beberapa pesan utama kampanye:
- Jangan berutang untuk gaya hidup.
- Gunakan kredit hanya untuk hal produktif.
- Pahami tenor, bunga, dan risiko sebelum menandatangani perjanjian.
Kampanye ini dikemas interaktif melalui quiz, game edukasi, hingga simulasi pengelolaan keuangan, agar pesan bisa terserap tanpa kesan menggurui.
Dampak Langsung Bagi Masyarakat
Multifinance Day 2025 menghasilkan sejumlah capaian positif:
- Lebih dari 5.000 pengunjung hadir selama acara.
- 300 lebih masyarakat membuka produk pembiayaan baru.
- Puluhan UMKM lokal mendapatkan pendampingan langsung dari perusahaan pembiayaan.
Selain itu, masyarakat mulai memahami konsep kredit produktif, yaitu pinjaman yang digunakan untuk pengembangan usaha, bukan konsumsi pribadi.
Beberapa UMKM bahkan langsung mengajukan proposal pembiayaan untuk memperluas kapasitas produksi.
Mengapa Fokus di Indonesia Timur?
Pemilihan Manado sebagai tuan rumah bukan tanpa alasan.
Wilayah ini dinilai strategis karena menjadi gerbang ekonomi bagi Sulawesi dan Maluku.
Pertumbuhan sektor perdagangan, transportasi, dan pariwisata di kawasan ini cukup tinggi, namun belum diimbangi dengan akses pembiayaan yang merata.
Melalui Multifinance Day, APPI ingin menunjukkan bahwa industri pembiayaan nasional tidak hanya berfokus di Jawa dan Bali, tapi juga memiliki tanggung jawab sosial untuk memperkuat ekonomi daerah.
“Pemerataan ekonomi harus dimulai dari pemerataan akses finansial,” ujar Ketua APPI Sulawesi Utara dalam sambutannya.
Peran Digitalisasi dan Masa Depan Pembiayaan
Salah satu fokus utama acara tahun ini adalah digitalisasi pembiayaan.
Dengan teknologi, proses pengajuan kredit kini bisa dilakukan secara online, cepat, dan transparan.
Perusahaan pembiayaan digital seperti Akulaku, Kredivo, dan Adira memperkenalkan fitur-fitur baru seperti:
- Verifikasi KTP digital
- Tanda tangan elektronik
- Simulasi cicilan real-time
Langkah ini sangat membantu masyarakat di wilayah timur, di mana akses ke kantor cabang masih terbatas.
Digitalisasi menjadi kunci mewujudkan inklusi keuangan yang merata tanpa hambatan geografis.
Tantangan dan Harapan
Meski keberhasilan Multifinance Day patut diapresiasi, tantangan besar tetap ada:
- Rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat pedesaan.
- Masih banyaknya pinjaman ilegal yang menawarkan kemudahan semu.
- Kurangnya tenaga edukator keuangan di daerah terpencil.
Namun, langkah kecil seperti Multifinance Day membuktikan bahwa perubahan bisa dimulai dari kesadaran kolektif.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat, Indonesia Timur dapat menjadi model inklusi keuangan yang berkelanjutan.
Penutup

Multifinance Day 2025 di Manado lebih dari sekadar pameran pembiayaan — ia adalah simbol dari transformasi keuangan inklusif di Indonesia.
Kegiatan ini menunjukkan bagaimana kolaborasi, literasi, dan digitalisasi dapat berjalan bersama untuk menghapus kesenjangan finansial.
“Inklusi keuangan bukan hanya soal uang, tapi soal kesempatan yang merata bagi semua orang.”
Dengan momentum seperti ini, harapannya, masyarakat Indonesia Timur akan lebih mudah mendapatkan akses modal, membangun usaha, dan menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan.